Waspada! Fenomena La Nina Kerap Picu Bencana Hidrometeorologi

Fenomena La Nina Kerap Picu Bencana Hidrometeorologi
Fenomena La Nina (Foto: BMKG).

Bandungdaily.id – La Nina adalah fenomena iklim global yang terjadi akibat penurunan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur.

Kondisi ini memengaruhi pola cuaca di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia, La Nina sering kali meningkatkan curah hujan secara signifikan, dengan kenaikan mencapai 20-40 persen di berbagai wilayah.

Fenomena ini kerap memicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, hingga banjir lahar hujan di daerah-daerah yang rawan.

La Nina dan Musim Hujan 2024-2025

BMKG memperkirakan bahwa La Nina akan berlangsung hingga Maret atau April 2025. Dampaknya sudah mulai dirasakan sejak akhir tahun 2024, ketika musim hujan di sebagian besar wilayah Indonesia mengalami intensifikasi.

Peningkatan curah hujan yang cukup signifikan terjadi di kawasan timur Indonesia, termasuk Nusa Tenggara Timur (NTT).

Beberapa wilayah di NTT bahkan mencatat curah hujan harian cukup tinggi, seperti di Stasiun Meteorologi El Tari Kupang sebesar 45,2 mm/hari dan di Gewayantana Flores Timur sebesar 31,4 mm/hari.

Ancaman Banjir Lahar Hujan di Wilayah Vulkanik

La Nina menjadi ancaman serius bagi daerah-daerah di sekitar gunung berapi, salah satunya Gunung Lewotobi Laki-Laki di NTT.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengingatkan potensi banjir lahar hujan akibat fenomena ini. Banjir lahar hujan terjadi ketika material vulkanik seperti pasir, abu, dan batuan bercampur dengan air hujan, menciptakan arus deras yang sangat berbahaya.

“Material ini dapat menimbulkan kerusakan besar, termasuk menutup pemukiman dan merusak infrastruktur,” kata Dwikorita.

BACA JUGA: Desa Wisata di Yogyakarta, Tawarkan Liburan Edukatif Bernuansa Budaya

Dampak La Nina di Berbagai Wilayah Indonesia

Selain NTT, wilayah lain seperti Sumatera, Jawa, dan Kalimantan juga menghadapi ancaman serupa. Curah hujan tinggi selama La Nina berpotensi memicu banjir bandang dan tanah longsor. Contohnya, di Sumatera Barat, fenomena ini pernah menyebabkan banjir lahar hujan besar yang membawa batuan besar dan menghancurkan fasilitas umum.

Langkah Antisipasi Menghadapi La Nina

BMKG mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi dampak La Nina.

Pemerintah daerah dan masyarakat sekitar lereng gunung berapi untuk menghindari jalur-jalur sungai yang rawan banjir lahar. Selain itu, BMKG merekomendasikan langkah-langkah berikut:

  1. Pemantauan Curah Hujan: Menggunakan aplikasi cuaca atau informasi terkini dari BMKG.
  2. Perkuatan Infrastruktur: Pemerintah perlu memastikan kesiapan infrastruktur, seperti tanggul dan drainase, untuk mengurangi dampak banjir.
  3. Edukasi dan Evakuasi: Masyarakat harus diberikan edukasi tentang bahaya banjir lahar dan prosedur evakuasi.
  4. Kolaborasi Lintas Sektor: Pemerintah, swasta, dan komunitas lokal harus bekerja sama untuk memitigasi risiko bencana.

La Nina bukan sekadar fenomena iklim biasa. Dampaknya pada musim hujan 2024-2025 di Indonesia harus diantisipasi dengan serius, terutama di wilayah yang rawan bencana hidrometeorologi.

Dengan kesiapan dan kewaspadaan, risiko kerugian akibat cuaca ekstrem ini dapat terhndarkan. Masyarakat harus tetap tenang, namun waspada, serta mematuhi arahan dari pihak berwenang.

 

(Redaksi)