Bandungdaily.id – ByteDance, perusahaan teknologi asal China yang juga merupakan induk TikTok, baru-baru ini mengungkapkan valuasi terbarunya mencapai 300 miliar dolar AS (sekitar Rp4.755 triliun).
Angka ini tercermin dari program pembelian kembali (buyback) saham terbaru ByteDance, di mana perusahaan menawarkan harga 180,70 dolar AS (sekitar Rp2,8 juta) per lembar saham kepada investor.
Peningkatan Valuasi dan Strategi Buyback
Harga buyback terbaru ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan program serupa pada Desember 2023, yang saat itu menawarkan 160 dolar AS (sekitar Rp2,5 juta) per saham.
Kenaikan harga ini mendongkrak valuasi dari sebelumnya 268 miliar dolar AS (sekitar Rp4.246 triliun).
Menurut laporan dari Reuters, program buyback ini bertujuan meningkatkan likuiditas perusahaan, sehingga perusahaan asal Tiongkok ini dapat lebih mudah memenuhi kewajiban finansialnya.
Meskipun valuasi terus melonjak, ByteDance masih belum memiliki rencana untuk melakukan Initial Public Offering (IPO) dalam waktu dekat.
BACA JUGA: YouTube Rilis Fitur Jewels untuk Kreator Live Streaming
Tantangan TikTok di AS
Di tengah kenaikan valuasi, ByteDance menghadapi tantangan besar terkait TikTok, salah satu unit bisnis andalannya.
TikTok terus menjadi sorotan di Amerika Serikat karena kekhawatiran keamanan data. Pada April 2024, Presiden Joe Biden menandatangani undang-undang yang memaksa ByteDance menjual TikTok di AS, dengan tenggat waktu hingga Oktober 2024.
Namun, ByteDance memilih menantang kebijakan ini di pengadilan federal, berharap dapat membatalkan perintah tersebut.
Situasi menjadi semakin kompleks setelah Donald Trump, yang kini kembali menjabat sebagai presiden ke-47 AS, mengindikasikan akan “menyelamatkan” TikTok.
Dalam pernyataan melalui platform Truth Social, Trump menyebut dirinya sebagai “bintang besar di TikTok” dan berjanji untuk melindungi aplikasi tersebut dari pemblokiran, meskipun belum ada langkah konkret yang diambil.
Prospek Bisnis
Terlepas dari ketidakpastian di AS, ByteDance tetap menunjukkan prospek bisnis yang cerah dengan valuasi yang terus meningkat.
Upaya buyback saham yang berulang mencerminkan kepercayaan perusahaan terhadap masa depannya. TikTok sendiri terus berkembang sebagai salah satu platform sosial terpopuler, meskipun menghadapi tantangan geopolitik di pasar kunci seperti Amerika Serikat.
ByteDance kini harus memastikan strategi terbaik untuk menjaga TikTok tetap aktif di pasar global, sembari menjaga stabilitas operasional dan reputasi perusahaan.
(Redaksi)