Bandungdaily.id – Indonesia telah mencatatkan sejarah baru di dunia digital, pengguna TikTok di negeri ini menghabiskan rata-rata 41 jam 35 menit per bulan untuk menonton video pendek.
Angka ini menempatkan Indonesia di puncak daftar negara dengan durasi menonton TikTok terlama di dunia, melampaui Inggris (40 jam 50 menit) dan Amerika Serikat (38 jam 2 menit).
Namun, lebih dari sekadar statistik, fenomena ini mengungkap perubahan pola konsumsi digital masyarakat Indonesia. Dari sekadar alat hiburan, TikTok kini menjadi ruang sosial, medium kreatif, dan bahkan sarana edukasi serta pemasaran
Banyak pihak melihat durasi panjang ini sebagai cerminan budaya konsumtif. Dengan algoritma yang dirancang untuk menghadirkan video yang personalized, TikTok menjadi tempat di mana waktu dapat berlalu tanpa disadari. Tetapi, ada sisi lain yang sering luput dari perhatian: TikTok adalah panggung bagi kreativitas masyarakat Indonesia.
Kreator lokal seperti content creator humor, edukasi, hingga seni berhasil memanfaatkan platform ini untuk mengembangkan komunitas. Fenomena ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga produsen konten yang relevan dan menarik.
Dengan 157,6 juta pengguna, Indonesia menjadi pasar terbesar TikTok secara global. Keberhasilan ini bukan hanya soal jumlah, tetapi bagaimana TikTok telah merasuki hampir semua lapisan masyarakat.
Anak muda memanfaatkannya untuk tren, pengusaha menggunakannya untuk pemasaran, bahkan sektor pendidikan mulai melirik platform ini sebagai alat pembelajaran.
Pertumbuhan ini tak lepas dari perkembangan infrastruktur digital Indonesia. Dalam enam tahun, jumlah pengguna TikTok melonjak lebih dari 15 kali lipat dari hanya 10 juta pada 2018 menjadi 157,6 juta pada 2024. Angka ini mencerminkan akses internet yang semakin luas, terutama di daerah-daerah non-perkotaan.
Kebiasaan menonton TikTok tidak bisa dilepaskan dari budaya masyarakat yang semakin terkoneksi secara digital.
Platform ini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, menggantikan peran televisi sebagai sumber hiburan utama. Tetapi, ada pertanyaan yang perlu diajukan: apakah waktu yang dihabiskan di TikTok memberikan dampak positif yang sebanding?
Sebagai media, TikTok menawarkan hiburan cepat dan dopamine hit, tetapi efeknya terhadap produktivitas dan keseimbangan mental pengguna masih menjadi topik perdebatan. Di sisi lain, platform ini juga menjadi alat untuk menciptakan peluang ekonomi baru melalui pemasaran digital dan monetisasi konten.
BACA JUGA: Valuasi ByteDance Tembus 300 Miliar Dolar AS
Seiring popularitas TikTok, muncul pula tantangan besar. Konten tidak selalu ramah untuk semua usia, terutama bagi anak-anak dan remaja. TikTok juga menghadapi tugas berat untuk menjaga keamanan data pengguna dan melawan penyebaran informasi palsu.
Namun, jika dimanfaatkan dengan tepat, TikTok bisa menjadi kekuatan positif yang mendorong inovasi dan kreativitas masyarakat. Tantangan utamanya adalah mengarahkan tren ini ke arah yang lebih produktif dan berkelanjutan.
Fenomena TikTok di Indonesia bukan sekadar angka durasi menonton atau jumlah pengguna. Ini adalah cerminan dari masyarakat yang sedang berubah, dari pola konsumsi hiburan hingga cara berkomunikasi dan berekspresi.
TikTok telah menjadi bagian penting dari budaya digital Indonesia. Kini, pertanyaannya adalah bagaimana platform ini dapat terus relevan sambil memberi dampak positif yang lebih besar bagi masyarakat. Sebagai pemimpin global dalam penggunaan TikTok, Indonesia memiliki kesempatan untuk menunjukkan bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan secara bijak dan kreatif.
(Redaksi)