Ragam  

Asal-usul Bandung dan Jejak Danau Purba

Asal-usul Bandung dan Jejak Danau Purba
(Foto: Travels)

Bandungdaily.id – Bandung yang dikenal hari ini sebagai kota metropolitan yang padat penduduk, dulunya merupakan sebuah danau purba besar.

Sejarah kebumian ini tercermin dari nama-nama tempat seperti Rancaekek, Rancasari, dan Rancamanyar. Kata “ranca” sendiri berarti rawa, merujuk pada bekas genangan air danau yang mengering secara bertahap.

Cekungan Bandung merupakan bentang alam yang terbentuk dari deretan gunung-gunung di sekelilingnya, berfungsi sebagai dasar dari Danau Bandung Purba.

Dalam perkembangan sejarahnya, cekungan ini menjadi fokus tata ruang wilayah berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung.

Wilayah ini mencakup Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan lima kecamatan di Kabupaten Sumedang.

Data Geologi Cekungan Bandung

Menurut penelitian T. Bachtiar dan Dewi Syafriani dalam buku Bandung Purba: Panduan Wisata Bumi (2016), Cekungan Bandung telah melalui perjalanan geologi yang panjang:

  1. Miosen Awal (22,5-17 juta tahun lalu): Cekungan Bandung masih berupa dasar laut. Pengangkatan daratan membentuk perbukitan kapur di wilayah Citatah/Rajamandala.
  2. Miosen Tengah (17-10 juta tahun lalu): Gunung-gunung api seperti Gunung Papandayan mulai aktif di selatan cekungan.
  3. Miosen Akhir (10-5 juta tahun lalu): Laut dangkal berubah menjadi perbukitan.
  4. Pliosen (5-1,8 juta tahun lalu): Gunung api purba menciptakan bukit-bukit kecil seperti Gunung Lalakon dan Gunung Lagadar.
  5. Plistosen Awal hingga Akhir (1,8 juta-20 ribu tahun lalu): Letusan Gunung Sunda menciptakan Danau Bandung Purba dengan sumbatan lava di utara Padalarang. Danau ini kemudian surut setelah bobol di Cukang Rahong dan Curug Jompong.

Kehidupan Manusia Purba di Bandung

Cekungan Bandung menjadi saksi aktivitas manusia purba, terutama di sekitar Guha Pawon di Padalarang.

Berdasarkan penjelasan almarhum Budi Brahmantyo, pakar geologi ITB, manusia purba di wilayah ini memanfaatkan batu obsidian dari Kendan, Nagreg, sebagai alat berburu dan kebutuhan sehari-hari.

Untuk mendapatkan batu tersebut, mereka menyeberangi danau dengan rakit sederhana.

BACA JUGA: Jelajahi Desa Wisata di Kabupaten Bandung, Temukan Keunikan dan Keseruannya!

Bandung Modern

Saat ini, Bandung telah berubah menjadi kawasan urban dengan isu lingkungan yang kompleks. T. Bachtiar mencatat bahwa penggundulan hutan di sekitar gunung-gunung Bandung memengaruhi iklim mikro kawasan tersebut.

Udara yang panas dan tidak lagi sejuk dikhawatirkan memengaruhi produktivitas serta temperamen masyarakat.

“panasnya suhu akan memengaruhi konsentrasi pelajar dan pekerja, serta berpotensi meningkatkan tingkat agresivitas masyarakat,” tulis T. Bachtiar.

Refleksi Sejarah

Bandung, dari masa manusia purba hingga era modern, selalu menjadi tempat berkembangnya kreativitas dan peradaban.

Namun, mempertahankan keseimbangan alam di tengah pembangunan menjadi tantangan yang harus dihadapi.

Dengan memahami sejarah kebumiannya, warga Bandung dapat belajar untuk lebih peduli terhadap kelestarian lingkungan, demi menjaga warisan dan kenyamanan kota ini untuk generasi mendatang.

 

(Redaksi)